TARUTUNG – Pengerjaan pembangunan menara lonceng setinggi 34 meter yang terletak di inti kota Tarutung sudah mencapai 50 persen sejak dimulai pada pertengahan Juli lalu. Pembangunan menara yang menelan dana sekitar Rp790 juta dari APBD Taput 2012 bertujuan sebagai bentuk pelestarian budaya di Kabupaten Taput sebagai daerah wisata rohani.
Lonceng ini rencanannya akan dibunyikan dua kali sehari setiap pukul 18.00 wib dan pukul 06.00 wib sebagai pertanda dimulainya aktivitas sehari-hari masyarakat. “Lonceng ini nantinya akan berbunyi secara otomatis dua kali sehari setiap pukul 18.00 Wib dan pukul 06.00 Wib,” kata Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Dinas Cipta Karya dan Pemukiman Taput Sondang Pane kepada Selasa (16/10).
Menara lonceng dibangun di atas lahan 36 meter bujur sangkar persegi, dengan luas 5,5 meter x 5,5 meter, tinggi 34 meter serta menggunakan kerangka besi. “Besi itu bertujuan agar bangunan kokoh atau bertahan lama sebab berada di titik inti kota. Selain itu, daerah Taput juga rawan gempa. Jadi, strukturnya harus kuat,” terangnya.
Selain mendirikan lonceng, pemkab juga bakal mendirikan pohon natal raksasa ukuran 15 meter sistem bongkar pasang di tempat yang sama. Pohon natal ini menelan dana sekitar Rp300 juta. “Pohon natal setinggi 15 meter dengan diameter 8 lingkaran sistem aksesoris bongkar pasang, tapi kerangka tetap berdiri,” ucapnya.
Pembangunan menara lonceng dan pohon natal raksasa disambut positif masyarakat Tarutung. Namun, mereka berharap pembangunan kedua bangunan itu terlaksana sesuai bestek dan pengerjaannya tepat waktu. Selain itu, guna menghindari terjadinya penyimpangan, masyarakat berharap pembangunan tersebut diawasi secara ketat. (cr-01)
Lonceng ini rencanannya akan dibunyikan dua kali sehari setiap pukul 18.00 wib dan pukul 06.00 wib sebagai pertanda dimulainya aktivitas sehari-hari masyarakat. “Lonceng ini nantinya akan berbunyi secara otomatis dua kali sehari setiap pukul 18.00 Wib dan pukul 06.00 Wib,” kata Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Dinas Cipta Karya dan Pemukiman Taput Sondang Pane kepada Selasa (16/10).
Menara lonceng dibangun di atas lahan 36 meter bujur sangkar persegi, dengan luas 5,5 meter x 5,5 meter, tinggi 34 meter serta menggunakan kerangka besi. “Besi itu bertujuan agar bangunan kokoh atau bertahan lama sebab berada di titik inti kota. Selain itu, daerah Taput juga rawan gempa. Jadi, strukturnya harus kuat,” terangnya.
Selain mendirikan lonceng, pemkab juga bakal mendirikan pohon natal raksasa ukuran 15 meter sistem bongkar pasang di tempat yang sama. Pohon natal ini menelan dana sekitar Rp300 juta. “Pohon natal setinggi 15 meter dengan diameter 8 lingkaran sistem aksesoris bongkar pasang, tapi kerangka tetap berdiri,” ucapnya.
Pembangunan menara lonceng dan pohon natal raksasa disambut positif masyarakat Tarutung. Namun, mereka berharap pembangunan kedua bangunan itu terlaksana sesuai bestek dan pengerjaannya tepat waktu. Selain itu, guna menghindari terjadinya penyimpangan, masyarakat berharap pembangunan tersebut diawasi secara ketat. (cr-01)